Unsur intrinsik
1. Watak tokoh
Perwatakan tokoh adalah
karakter atau sifat yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.
Pengarang
menggambarkan watak tokoh melalui:
1)
Penjelasan
langsung dari pengarang (tertulis) bahwa tokohnya berwatak jujur, pemarah,
sadis, dengki, licik, kikir, humoris, sombong, bijaksana, rapi, dan lain-lain.
Misal: Intan
namanya. Dia anak yang cantik, anggun, pintar, kaya, baik hati, dan ceria. Dia
anak yang sempurna, tapi hanya satu kekurangannya, yaitu tidak mempunyai tubuh yang sehat. Sekarang dia duduk di kelas XI SMA.
2)
Dialog
antartokoh: apa yang diucapkan tokoh dengan tokoh lain
Misal: "Apa yang tidak Ibu berikan padamu? Ibu bekerja keras
supaya bisa menyekolahkanmu. Kau tak punya kewajiban apa-apa selain sekolah dan
belajar. Ibu juga tak pernah melarangmu melakukan apa saja yang kau sukai.
Tapi, mestinya kamu ingat bahwa kewajiban utamamu adalah belajar. Hargai
sedikit jerih payah Ibu!" Di luar dugaannya anak itu menatapnya dengan
berani. "Ibu tak perlu susah payah menghidupi aku kalau Ibu keberatan. Aku
bisa saja berhenti sekolah dan tidak usah menjadi tanggungan Ibu lagi."
3)
Pikiran-pikiran tokoh: jalan
pikiran tokoh
Misal: Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan;
ingin ia mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak
gadisnya yang masih mau menyambut dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda
yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima kepulangannya.
4)
Lingkungan kehidupan tokoh
Misal: Desa Karangsaga, desa Tarjo dilahirnya tidak kebagian
aliran listrik. Padahal, kampung- kampung tetangganya sudah terang semua. Desa Tarjo gelap gulita kalau
malam hari.
5)
Penggambaran fisik tokoh
Misal: Dara gadis yang berparas cantik. Tubuhnya tinggi
semampai. Kulitnya putih bersih. Tak hanya itu rambut panjangnya menambah
keanggunannya. Tak heran ia terpilih menjadi salah satu model majalah remaja.
6)
Penggambaran bahasa tokoh
Misal: kata-katanya sering membuat merah orang
yang mendengarnya. Teriakan mengancam megitu mudah mengucur dari mulutnya
sehingga sering membuat orang- orang yang baru mengenalnya menjadi takut.
Logatnya memang tidak seperti orang- orang kebanyakan. Ia seperti orang dari
daerah pedalaman.
2 .Tema:
Pokok pikiran atau ide yang melandasi suatu cerita.
Contoh:
“Kami
adalah bangsa yang bertakwa kepada Tuhan. Adalah keyakinan kami bahwa hak-hak
yang diberikan kepada kami oleh Tuhan
harus kami bela, dan itu berarti kami agungkan ciptaan-Nya dan
menyelamatkan amanat suci-Nya. Perjuangan ini adalah perjuangan untuk
menegakkan kembali keadilan Tuhan yang telah dinodai dengan penjajahan,
perbudakan, dan pemerasan. Inilah yang meneguhkan hati kami. Inilah sumber
ketabahan kami,” kata Moertono.
Tema:
keteguhan seorang pejuang.
3 . Latar
:
segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan suasana.
Contoh:
Pada
pagi harinya semua orang sudah
berkumpul dan bersiap mengerjakan apa yang sudah menjadi tugasnya. Sementara
itu, kedua mempelai didandani secantik mungkin untuk disandingkan di pelaminan. Setelah semuanya selesai,
acara segera dimulai. Para undangan pun berdatangan silih berganti. Suasana
makin ramai setelah alunan gamelan
mengiringi pesta tersebut.
4.Sudut
pandang: pusat pengisahan
Sudut
pandang pengisahan orang pertama dan orang ketiga
1) Sudut
pandang orang pertama (terbatas)
Ciri-ciri:
-
Menggunakan
kata ganti orang pertama: aku, saya, kami
-
Pengarang
tampil menyampaikan kisah yang dialami sendiri.
1.1.
Orang pertama sebagai
pelaku utama
Pengarang
terlibat langsung dalam menyampaikan kisahnya dan berperan sebagai tokoh atau
pelaku utama: orang pertama mengisahkan dirinya sendiri.
Contoh:
Aku mulai
mempersiapkan perkawinanku. Bahan kebaya mulai kupilih. Surat-surat pun sudah
kuurus. Aku berharap semua akan berjalan secara lancar.
1.2 Orang
pertama sebagai pengamat
Pengarang
terlibat langsung dalam menyampaikan kisah yang melibatkan dirinya, tetapi
bukan sebagai tokoh utama, melainkan hanya berperan sebagai pengamat langsung.
Jadi, orang pertama mengisahkan tokoh lain.
Contoh:
Inilah terakhir
kali kulihat Sersan Husni ketika muncul di rumah lepas isya dan lenyap tatkala
langit gelap seperti karbon. Sudah tiga bulan tidak bertemu. Air mukanya lebih
garang ketimbang semula. Mengingatkan aku kepada mandor tebu perkebunan
Colomadu yang pernah mengusir kami sehingga berhamburan. Ibu tidak lupa akan
nazarnya, potong ayam andaikata sersan selamat tidak kurang suatu apapun.
Berdasarkan
cerita di atas:
Tokoh aku
berperan sebagai penyampai kisah, sedangkan tokoh Husni berperan sebagai tokoh
yang dikisahkan.
2) Sudut
pandang orang ketiga
Ciri-ciri:
-
Menggunakan
kata ganti orang ketiga: ia, dia, atau nama
-
Pengarang
tidak tampil langsung dalam kisah, tetapi menghadirkan tokoh lain sebagai
pengisah.
2.1
Orang
ketiga serbatahu
Pengarang berusaha melaporkan semua
aspek dari suatu kisah. Ia melaporkan semua karakter, ruang, dan apa saja yang
menarik perhatian dan sesuai dengan cerita.
Contoh:
Diperiksanya sekali lagi, lebih
cermat, lebih teliti. Hasil pemeriksaan seperti tadi juga. Sehat. Heran, ajaib.
Terpikir ia, jika ia pakai ilmu psikiatrinya, amat boleh jadi Kus ini sakit
buat-buatan agarorang belas kasihan atau ada maksud tersembunyi. Perihal Kus,
ia telah mengenalnya bertahun-tahun. Dahulu, Kus menjadi pelajar Sekolah Hakim
Tinggi. Ia seorang yang lekas goncang pendiriannya, kurang teguh.
Berdasarkan cerita, tokoh ia
mengetahui segala hal tentang Kus.
2.2. Orang
ketiga terarah
Pengarang tidak melaporkan semua
aspek, tetapi memusatkan perhatian pada satu karakter yang berhubungan dengan
cerita.
Contoh:
Suwarni beryanyi. Suaranya halus,
tenang. Ia bernyanyi berirama mesra seorang ibu. Suwarni menidurkan anaknya,
membelai si kecil di dadanya sehingga tangan yang kecil montok itu tak lagi
bergerak-gerak. Suwarni melihat kepada anaknya. Ia tak bosan-bosannya
memandango tubuh kecil itu.
Berdasarkan cerita: pengisah
memusatkan perhatian pada Suwarni.
5 . Alur
(Jalan cerita)
Jenis
alur: maju, mundur, campuran
Tahapan alur:
1)
Eksposisi:
pengarang memperkenalkan latar dan tokoh cerita beserta karakternya
2)
Intrik
: meuncul suatu masalah (konflik dimulai)
3)
Komplikasi
: masalah kecil yang terus menanjak, semakin rumit
4)
Klimaks
: puncak masalah
5)
Antiklimaks
: penurunan ketegangan konflik (peleraian)
6)
Resolusi:
akhir cerita
6 . Konflik
Pertikaian atau pertentangan antara dua karakter tokoh yang berbeda)
Jenis konflik:
1)
Konflik
batin: pertentangan antara pelaku dengan dirinya sendiri.
2)
Konflik
sesama pelaku: pertentangan antara pelaku dengan pelaku lain
3)
Konflik
dengan alam atau lingkugannya: ketika pelaku cerita menghadapi dan mengatasi
masalah yang disebabkan lingkungan atau alam.
7 . Amanat
Pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca. (Berupa saran)
Unsur ekstrinsik
1) Latar belakang
pengarang: menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan ideologi pengarang. Unsur-unsur ini sedikit banyak akan
berpengaruh pada isi novelnya.
2)
Kondisi
sosial budaya: novel yang dibuat pada saat zaman kolonial akan berbeda dengan
novel pada zaman kemerdekaan, atau pada masa reformasi.
3)
Tempat
atau kondisi alam: novel yang dikarang oleh pengarang yang tinggal di pantai
berbeda dengan pengarang yang tinggal di daerah pegunungan.
Nilai-nilai:
1)
Nilai
moral: nilai yang berhubungan dengan perbuatan baik atau buruk, etika, dan budi
pekerti.
2)
Nilai
sosial: nilai yang berhubungan dengan norma dalam kehidupan bermasyarakat,
misa: suka menolong atau suka membantu.
3)
Nilai
keagamaan: sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan ibadah, kepercayaan, atau
unsur ketuhanan.
4)
Nilai
budaya: sesuatu yang berhubungan dengan adat-istiadat atau kebiasaan yang
bernilai tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.
Ok sekian post saya mengenai "Menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik" ini,semoga post saya dapat bermanfaat bagi semuanya,mohon maaf jika masih banyak kesalahan dan jangan lupa beri komentar dan selamat belajar!!!
“Let us study things that are no more. It is necessary to understand them, if only to avoid them.” Victor Hugo, Les Misérables
No comments:
Post a Comment